Manusia di zaman ini harus jujur bahwa Òdahaga akan cintaÓ itu nyata terjadi dan dialami. Sudah berapa ribu kali Anda mendengarkan lagulagu ÒmurahanÓ tentang cinta? Sudah berapa ratus kali Anda menonton film cintaÑentah itu berakhir bahagia atau tragis? Tema cinta seakan tak pernah habis-habisnya dieksploitasi untuk memenuhi rasa dahaga itu. The Art of LovingÑbuku fenomenal karya Erich Fromm yang telah diterjemahkan ke 42 bahasaÑmeyakinkan pembacanya bahwa semua upaya untuk meraih cinta akan gagal jika seseorang tidak terlebih dulu mengembangkan seluruh kepribadiannya; bahwa pemenuhan cinta seseorang hanya dapat diraih dengan kemampuan untuk mencintai orang lain, kerendahan dan keteguhan hati, serta keyakinan dan kedisiplinan. Dalam karya klasiknya ini, Fromm membongkar seluruh aspek cinta, tidak hanya asmara, yang kerap diwarnai pengertian keliru dan ekspektasi tinggi, tetapi juga cinta orangtua, anak, dan sesama; cinta erotis; cinta diri; dan cinta Allah. The Art of Loving ditandai dengan penolakan untuk menyerah pada kegundahan, sebagai usaha nyata untuk mencari makna kehidupan dalam era modern yang penuh keterasingan. Bagi Fromm, cinta adalah Òsatu-satunya jawaban yang waras dan memuaskan terhadap masalah eksistensi manusiaÓ.